Rancang Kurikulum Merdeka Belajar, FMIPA UNIMED Gelar FGD Pengembangan Kebijakan MBKM

FMIPA Unimed mengadakan Webinar dan FGD Pengembangan Kebijakan Merdeka Belajar – Kampus Merdeka (MBKM) melalui zoom meeting pada Kamis, (26/11). Dengan menghadirkan narasumber Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd. (Ketua Senat Universitas Negeri Medan), Dr. Restu, M.S (Wakil Rektor I Bidang Akademik Universitas Negeri Medan), Dr. Saiful Ridlo, M.Si. (Kepala Pusat Pengembangan Kurikulum Dan Inovasi Pembelajaran UNNES), dan Dr. Zainuddin Mukhtar, M.Si. (Kaprodi Pendidikan Kimia Unimed).

Kegiatan ini dibuka oleh Rektor Unimed dan Dekan FMIPA Unimed, dan diikuti juga oleh Wakil Rektor II, Wakil Rektor IV, Wakil Dekan FMIPA, Direktur Pascasarjana, Ketua Lembaga di Lingkungan Unimed, Ketua Jurusan dan Ketua Prodi serta para dosen di Lingkungan FMIPA Unimed.

Dekan FMIPA Dr. Fauziyah Harahap, M.Si. mengatakan FMIPA akan menerapkan merdeka belajar di awal tahun semester mendatang. Agar implementasinya nanti berjalan dengan baik kita akan merancang kurikulum Merdeka Belajar – Kampus Merdeka. Nantinya penyampaian narasumber, kita harapkan ide-ide kemudian konsep-konsep yang akan di terapkan di FMIPA. Nantinya kita juga akan melaksanakan FGD guna menerima masukan konstruktif untuk perbaikan dan penyesuaian perbaikan kurikulum yang akan kita terapkan di Unimed. Saya juga berharap semua Jurusan dan Prodi di FMIPA dapat lebih fokus dan serius untuk merancang perbaikan dan implementasinya nanti, semoga dari Unimed ada beberapa Prodi yang bisa jadi contoh bagi Fakultas dan PTN lain.

Rektor Unimed Dr. Syamsul Gultom, SKM., M.Kes. mengapresiasi kegiatan ini dapat bermanfaat bagi kita bersama, dan akan berdampak positif, terutama dalam upaya kita untuk tetap berupaya secara maksimal dalam memajukan Universitas Negeri Medan menjadi kampus terbaik di negeri ini, serta dapat melahirkan lulusan yang unggul, dan berdaya saing.

Lebih lanjut Rektor mengatakan “Kebijakan Merdeka Belajar – Kampus Merdeka (MBKM) yang digaungkan oleh Mas Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI, harus menjadi titik tolak dalam implementasi kurikulum dan aktivitas pembelajaran saat ini. Esensi kebijakan tersebut adalah memberikan hak kepada mahasiswa untuk memperoleh pengalaman terbaik (best experiences) selama maksimal 3 semester (20-40 sks) yang diperoleh di luar prodi dalam perguran tinggi yang sama dan di luar prodi pada perguruan tinggi yang berbeda dan di dunia industri, dunia usaha dan perusahaan-perusahaan. Seperti yang kita ketahui kebijakan ini sangat positif untuk membentuk karakter mahasiswa kita, dan menyiapkan mereka menjadi lulusan yang siap terjun kedunia kerja, bahkan bisa mendapatkan pekerjaan sebelum mereka lulus dari Unimed.”

“Melalui pertemuan daring ini saya mengajak, seluruh pimpinan fakultas dan seluruh peserta yang sudah bergabung. Mari kita segera sesuaikan kurikulum kita saat ini dalam menyahuti kebijakan Mendikbud tentang program kurikulum merdeka belajar dan kampus merdeka.”

“FMIPA Unimed sudah melakukan langkah baik dalam menyahuti kurikulum ini melalui FGD MBKM dengan UPI, UNJ, dan UNM pada bulan september lalu. Yang pesertanya para dekan fakultas matematika dan ilmu pengetahuan alam, beserta ketua jurusan dan ketua prodi. Melalui forum ini akan lebih mudah dalam menyatukan persepsi dan kerjasama untuk implementasinya. Mahasiswa kita bisa kuliah satu semester di Prodi yang sama pada semua LPTK, walau pola ini sudah lama juga kita lakukan bersama LPTK dan kampus lain dalam program Permata-Sakti,” ujar Rektor.

Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd., dalam paparannya mengatakan prinsip merdeka belajar perguruan tinggi wajib memberikan hak bagi mahasiswa untuk secara sukarela, jadi mahasiswa yang dapat mengambil SKS di luar kampusnya. Kegiatan di sini berarti belajar di kelas, magang atau praktik kerja di industri atau organisasi, pertukaran pelajar, pengabdian masyarakat, wirausaha, riset, studi independen, maupun kegiatan mengajar di daerah terpencil. Program merdeka belajar kampus merdeka diharapkan dapat menjadi jawaban atas tuntutan tersebut. Kampus merdeka merupakan wujud pembelajaran di perguruan tinggi yang fleksibel sehingga tercipta kultur belajar yang inovatif, tidak mengekang, dan sesuai dengan kebutuhan mahasiswa.

Lebih lanjut Prof. Syawal mengatakan untuk memenuhi arus perubahan dan kebutuhan akan link and match dengan dunia usaha dan dunia industri, maka perguruan tinggi harus dapat menyiapkan mahasiswa dalam dunia kerja. Karena itulah kurikulum dalam pembelajaran agar dirancang dan di laksanakan proses pembelajaran yang inovatif agar mahasiswa dapat meraih capaian pembelajaran mencakup aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara optimal. (Humas Unimed/eo)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *